Padang - Lomba cabang khath pada MTQ Korpri VI Nasional terbilang spektakuler. Gelanggang olahraga SMA 1 Padang disulap sedemikian rupa menjadi arena lomba.
Karya peserta ditata rapi mengelilingi ruangan bak orkestra yang memanjakan mata dengan buaian warna, cahaya, irama, garis dan estetika. Persis seperti pameran lukisan kelas dunia.
Mata yang melihat menjadi adem, jiwa pun tenteram, bahkan mungkin membuat jantung berhenti sejenak. Jejeran kalam ilahi yang dilukis pada kanvas dan dipadukan landscap hamparan alam raya seolah melihat potret surga yang jatuh ke bumi.
Begitulah gambaran suasana cabang khath pada perhelatan MTQ VI Korpri tahun ini, yang merupakan ajang unjuk kreativitas para ASN Indonesia yang digelar setiap dua tahun sekali.
Bicara cabang lomba Khath al-Qur’an maka tidak dapat dilepaskan dari peran besar sosok KH. Didin Sirojuddin. Separuh hidupnya telah didedikasikan untuk membuka jalan para khatthath dan khatthathah atau kaligrafer muda mendapatkan perhatian di Indonesia.
Pada MTQ VI Korpri Nasional di Padang, Sumatera Barat, dirinya menjadi Dewan Hakim Cabang khath al-Quran. Di sela jam istirahat, KH. Didin mengungkapkan bahwa karya-karya peserta sangat menakjubkan.
"Karya-karya yang tampil sangat bagus sekali, menakjubkan, bahkan dilihat dari usia pesertanya karena Korpri kan usia pensiunnya 58 ya. Ini hasilnya sangat luar biasa, bahkan hasil MTQ tahun ini progresnya baik sekali dari MTQ lalu," ungkap Kyai Didin, di SMA 1 Kota Padang, Rabu (9/11).
Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Jakarta ini menduga para peserta cabang khath al-Quran kali ini telah mempelajari berbagai karya sehingga hasilnya sangat berpengaruh.
"Kemungkinan mereka juga ini sebetulnya adalah khatthath. Mereka rupanya sudah melihat kanan kiri, termasuk lomba kaligrafi dunia, itu sangat berpengaruh," ungkapnya lagi.
[Kiai Didin (duduk kiri) tengah berdiskusi dengan para dewan hakim cabang khath al Quran pada MTQ VI Korpri Nasional di Padang. (Foto: Istimewa)]
Sekarang ini, lanjutnya, para khatthath tanah Air telah mengikuti lomba tingkat internasional di Iran, Pakistan, Trengganu, Sabah, Brunei, Maroko. Nah, lomba yang diikuti menghasilkan dan terbukti beberapa kaligrafer Indonesia menjadi pemenang juara satu.
"Dulu kaligrafer kita susah sekali menembus juara di tingkat internasional karena persaingannya ketat, terutama tingkat kehalusan karya. Sekarang terbukti kita sudah juara satu, artinya kita sudah mampu," ujarnya.
Ditanya soal tips agar menjadi khatthath atau kaligrafer yang baik, Doktor Didin memberikan saran agar memperbanyak latihan, seperti saran Sayyidina Ali Bin Abi Thalib.
"Wahai orang yang hendak memperelok kaligrafinya, hendaknya ia banyak latihan," terangnya menukil pendapat Ali Bin Abi Thalib.
Menurutnya, latihan terus menerus dapat mendorong karya yang progresif sehingga dapat menyesuaikan diri pada level internasional.
Nilai plus khath Indonesia
Indonesia dinilai memiliki nilai lebih dalam perkembangan kemajuan dunia seni kaligrafi. Hal itu ditandai dengan ragam golongan yang ditampilkan dalam setiap event MTQ. Seperti diketahui, Indonesia memiliki beberapa golongan, seperti golongan dekorasi, kontemporer, naskah dan digital.
"Di luar negeri lomba itu jarak jauh, dikirimkan karyanya, dinilai sekian lama dan umumnya hanya hitam putih. Tapi di kita hanya naskah yang warna hitam putihnya, itu pun ada waranya. Kemudian dekorasi, apalagi kontempoerer, ditambah lagi dengan digital, full colour, bagus sekali," terang Kyai Didin.
Pelopor golongan khath digital
Mengenai cabang khath digital yang baru pertama kali dilombakan secara resmi, Kyai Didin mengamini bahwa MTQ Korpri merupakan pelopor golongan Digital di Indonesia, bahkan dunia. Ia pun optimis ke depan cabang khath akan terus berkembang.
"Soal digital, saya belum melihat di event Internasional, bisa jadi kita jadi pelopor. Sekiranya terus dikembangkan, kita ingin adanya digital bergerak, semacam animasi, jadi huruf ketika digerakkan akan menjadi huruf alif lalu menjadi tulisan Allah dalam sebuah bukit itu kan hebat sekali," ujarnya penuh semangat.
Di akhir cerita, Doktor Didin berpesan untuk para khatthath agar terus belajar dan memperdalam pada gaya-gaya yang terus berkembang sehingga apapun perkembangan di dalam maupun di luar itu dapat diikuti, sehingga mereka dapat beradaptasi dan menjadi juara dalam setiap event lomba, baik di Indonesia maupun level dunia.
Ketum Korpri Prof. Zudan Arif Fakrulloh juga sangat mengapresiasi karya-karya para kaligrafer yang semuanya terdiri para ASN dari berbagai kafilah kementerian/lembaga dan kafilah provinsi.
"Karya yang dihasilkan semuanya keren-keren, silakan Dewan Hakim memilih yang terbaik. Saya bangga dengan peserta ASN semuanya," kata Ketum Korpri Nasional yang juga Dirjen Dukcapil ini.
Meskipun dari jauh, Mendagri Tito Karnavian juga turut memantau perkembangan MTQ VI Korpri Nasional ini.
"Saya yakin semua peserta MTQ Korpri adalah para juara, dan yang terbaik lah akan dipilih oleh dewan hakim," kata Mendagri Tito.
Komentar
Komentar di nonaktifkan.